Title :
Uniform
Author :
Evi aka @evii_topp
Genre : Friendship, etc
Rating :
Terserah para pembaca ^^
Main Casts :
Fukawa Kei
Koishikawa Chitose
Type :
ONESHOOT
Bulan Januari hasil ujian percobaan
terakhir sebelum ujian masuk SMA sudah keluar, dan hasilnya hanya aku yang
dapat ‘D’ untuk masuk SMA Tohka. Kenyataan yang jauh dari harapan. Aku sudah
belajar semampuku dan hasilnya tak memuaskan.
Siang itu di sebuah kafee di pusat
kota Tokyo. Aku dan teman-temanku sedang asik menikmati secangkir kopi untuk
sekedar menghangatkan tubuh, karena di luar masih turun salju.
“jangan putus asa kei!” hitoshi
sahabatku memberi semangat.
“...iya.”jawabku seadanya.
“inikan masih ujian percobaan? Masih
ada satu bulan lagi sebelum ujian sebenarnya!” fukawa menimpali.
“tapi yang dapat D Cuma pilihan
pertama kan?” aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan kou.
“tenang kei, lagi pula SMA bukan Cuma
Tohka. iya kan?” entah kenapa aku benar-benar ingin masuk tohka. aku tak tahu
kenapa? Rasanya ada perasaan yang mendorongku untuk masuk ke sana.
“hasil kalian bagai mana?” tanyaku
akhirnya.
“aku dapat B tembus SMA Ooba” kata
fukawa.
“aku juga” kou menimpalinya.
“kalau aku A tembus SMA teitan.” Jadi
hanya aku yang dapat D? Aku semakin putus asa. Sudah jauh harapanku untuk
sekolah di sekolah impianku.
BRUK! Ada sesuatu yang menyenggolku
dari belakang.
“maaf” ucap seorang gadis belia
kepadaku. Cantiknya, wajahnya seperti bidadari. Sekian lama kami saling
menatap.
“kamu kei kan?” Tanya nya.
“hah?” aku sedikit terkejut.
Sejujurnya aku tak tahu siapa gadis yang berada di hadapanku. Tapi kenapa dia
tahu namaku?
“wah aku nggak nyangka bisa bertemu
disini. Ternyata tokyo kecil juga ya?”sambungnya lagi. “apaa?” aku masih tak
mengerti apa yang ia bicarakan.
“kamu nggak inget aku? ini aku
chitose, kita kan selalu bermain bersama waktu TK dulu.” Aku membongkar semua
file yang ada di memori otakku. Chitose? Ah aku ingat koishikawa chitose.
Mulutku menganga tak percaya, “kamu?” ia hanya tersenyum.
“10 tahun tidak bertemu, untung
ketemu disini. Sudah lama aku tinggalkan tokyo, jadi aku tak tahu jalan.” Dia
mulai menarikku untuk megikutinya.
“memangnya kita mau kemana?” tanyaku.
“lho? Memangnya tante nggak bilang
sama kamu, kalau mulai hari ini selama sebulan aku akan tinggal di rumah kei.
Tolong dibantu ya!” katanya sambil memberi hormat layaknya upacara kemerdekaan.
“appaaaaa?!” pekikku.
“kenapa aku enggak dibilangin sih
ma?” aku mulai marah-marah sama mamaku sendiri. “tanpa dibilang pun kei pasti
setujukan?”ucap mamaku dengan gampangnya.
“yang benar saja ma? Aku mau fokus
belajar untuk ujian masuk SMA Tohka mama! Aku enggak bisa diganggu sama yang
namanya perempuan!!” bentakku.
“chitose suka makan paprika?” “aku
enggak pilih-pilih makanan kok tante.”apa-apaan mereka berdua? Arrrrgggghhhh!!!
“mamaaaa!!!” teriakku akhirnya.
Aku makan dengan kurang berselera
hari ini. Aku masih marah dengan mama karena masalah tadi siang. Sementara
chitose bercerita tentang kepindahannya dari jepang ke LA dan akhirnya
memutuskan untuk bersekolah di jepang. Aku tak terlalu mendengarkan hal itu.
Pasalnya aku sudah cukup tahu banyak hal tentang chitose karena orang tua kami
adalah sahabat dekat. Aku tahu chitose pindah ke LA setelah kepergian mamanya
kerana suatu penyakit yang dideritanya.
”kei kok gak makan? Entar makanannya
dingil lho!” apa-apan sih mama. Enggak tahu apa orang lagi bete.
” Oh ya chitose juga mau ikut ujian
masuk SMA Tohka. jadi kalian bisa berjuang bersama-sama!” sma tohka lagi.
“hmm SMA tohka ya?” jawabku seadanya.
Aku mulai merebahkan diriku di tempat
tidur. Kutatap kerts di dinding kamarku yang bertuliskan ‘HARUS LULUS MASUK
TOHKA’ pikiranku mulai melayang memikirkan chitose. Aku tak menyangka ia tumbuh
menjadi gadis yang sangat cantik sama seperti mendiang ibunya. Mama chitose
sangat baik dan cantik tapi sayang, sering sakit-sakitan. Terakhir aku
melihatnya saat usiaku lima tahun. Saat itu chitose sedang mewek minta sesuatu sama
mamanya. Dan mamanya menghiburnya dengan wajah yang ramah. Setengah tahun
kemudian mama chitose meninggal dan chitose pergi.
“kei! Bangun sudah pagi!” sesuatu
menggoncang-goncangkan tubuhku. Cuuuppp!!! “selamat pagi!” aku terkejut dan
langsung berteriak keras!
“kenapa membangunkanku dengan cara
seperti itu?!” kataku ketus.
“eh? Bukankah ciuman bisa diartikan
sebagai salam? Lagi pula ciuman di pipi enggak bisa dihitung jdi ciuman dong!”
jawabnya polos. Enggak bisa dibilang ciuman? Udah jelas-jelas dicium? Enggak
bisa dibilang ciuman? Dasar gadis amrik.
“kei! Entar siang, sehabis pulang sekolah tolong
anter aku ke SMA Tohka ya!” Teriaknya ketika aku hendak berngkat sekolah. Aku
tak begitu mendengarkan apa yang ia katakana. Sejujurnya hasratku untuk masuk
SMA Tohka sudah tidak ada lagi. Aku merasa tak punya kemampuan apa pun untuk
masuk ke sana.
“aku enggak
janji” balasku.
@SMA tohka
“kei,
sekolahnya bagus ya? Aku pengen banget deh sekolah disini” ia mulai mengoceh.
“hmmm”
“lihat kei,
seragam SMA tohka, bagus banget ya!”
“hmm”
“aku jadi
inget mama. Kamu ingetkan kei, mamaku kan perancang busana, mamaku lho yang
ngebuat seragam SMA tohka. Aku ingin cepat-cepat masuk SMA ini, kemudian kita
berangkat bersama di musin semi nanti.”
“aku tak
ingin masuk Tohka lagi” gumamku
“kenapa kei?”
tanyanya
“aku rasa
hasratku untuk masuk SMA Tohka sudah hilang”
“jadi karena
kamu dapat D di ujian percobaan, kamu nyerah kei? Kamu bodoh!” teriaknya sambil
berlari meninggalkanku yang terpaku sendirian. Aku kembali teringat masa-masa
kecilku dan chitose, aku ingat mama chitose memang seorang designer pakaian,
“mama ini
apa?” Tanya chitose kecil pada mamanya.
“ini seragam
baru SMA Tohka sayang”
“ma, aku
pengen deh pakai ini” chitose kecil merengek
“chitose
sayang, ini terlalu besar untuk kamu.” Mama chitose menasehati.
“hiks, hiks”
“chitose,
bukannya mama tak mengisinkanmu memakai ini, nanti kalau kamu sudah besar kamu
harus tembus ujian masuk tohka, makanya kamu harus rajin belajar dan lekas
besar.” Kata mama chitose sambil mengusap air mata chitose.
“baiklah ma,
aku akan berusaha belajar dan aku akan cepat besar.” Kata chitose bersemangat.
“kei juga mau
masuk tohka kan?” Tanya chitose kepadaku.
“iya tante,
kei juga mau masuk Tohka. “
“ayo janji
sama tante kalau kalian berdua akan masuk tohka bersama-sama!”
“aku janji
ma!” teriak chitose kecil.
“aku juga
janji tante”
Aku kembali
tersadar. Jadi itulah sebabnya aku ingin sekali masuk Tohka. Aku pun segera
berlari mengejar chitose.
“chitose! Tunggu!”
teriakku. Chitose pun menghentikan langkahnya. Aku memeluknya dari belakang,
aku bisa mendengar suara tangisannya.
“maafkan aku
chitose!” ucapku tulus
“kamu hebat. Kamu
masih ingat janji kita pada mamamu, padahal itu sudah sepuluh tahun. Maafkan
aku yang telah melupakan janji itu. sekarang mari kita berjuang bersama
mengalahkan ujian masuk Tohka.” Ia melepaskan pelukanku danbberbalik
menghadapku. Ia kemudian memelukku.
“terima kasih
kei.” Ia memelukku semaki erat
@tokyo
airport.
Hari ini
adalah hari keberangkatan chitose ke LA. Seminggu lalu pengumuman ujian masuk
tohka. Dan hasilnya aku fukawa kei lolos, sedangkan koishikawa chitose tidak
lulus. Selama sebula ini kami terus belajar bersama memperbaiki ke kurangan
kami, kelemahanku adalah bahasa inggris, chitose membantuku belajar. Sedangkan
kelemahan chitose ada di sastra jepang, aku pun membantunya belajar, hingga
kemampuan kami terus meningkat. Tapi sehari sebelum ujian chitose mamaku sakit,
dan chitose memaksakan diri untuk merawat mama. Berulang kali aku
memperingatinya kalau esoknya kita akan ujian. Tapi chitose tetap mau merawat
mamaku, katanya ia tak ingin nasib mamaku seperti mamanya. Awalnya mamanya
hanya demam biasa tanpa ia tahu akhirnya menjadi radang paru-paru. Keesokan
harinya chitose berangkat ujian dengan kondisi yang kurang fit, ia memaksakan
diri ikut ujian supaya bisa menepati janjinya kepada mamanya. Tapi takdir
berkata lain.
“kau yakin
mau balik ke LA?”tanyaku
“aku sudah
janji sama papa, sebenarnya papaku enggak ngijinin aku buat sekolah di jepang.
Tapi aku yang ngotot buat sekolah di sini. Jadi, aku haus nepatin janji yang
sudah aku buat sama papa, maafkan aku kei.”
“sudahlah,
kan masih ada tahun depan. Toh juga lagi setahun.” Kataku berusaha
menyemangatinya.
“aku tak bisa
kei, papaku enggak akan mengijinkanku lagi!”
“kamu bodoh!
Kamu yang udah nyadarin aku tentang janji kita pada mamamu, kamu yang udah
nyadarin aku kalau Cuma gagal sekali bukan berarti aku bakalan gagal untuk
selamnya. Sekarang kamu yang nyerah? Kamu bukan chitose yang aku kenal! Kamu
tuh bukan chitose yang udah ngubah hidup aku! Aku engga lihat chitose yang dulu
di diri kamu sekarang? Ke mana chitoseku hah?!” aku lihat bulir-bulir air mata
jatuh kembali membuat sungai di wajahnya, aku mulai meenurunka tekanan darahku
yang sudah meledak-ledak.
“kei”
lirihnya kemudian bangkit dan memelukku.
“aku janji,
aku akan kembali ke jepang bagaimana pun caranya. Arigatou kei” sambungnya. Aku
tersenyum dan memeluknya kembali dan membelai rambutnya.
“perhatian!
Perhatian! Bagi para penumpang dengan nomor pesawat E22 tujuan LA. Pesawat akan
berangkat lima belas menit lagi.
“aku tunggu
tahun depan, hati-hati di jalan.” Pesanku, ia hanya tersenyum. Aku hanya
melihat kepergiannya dari belakang. Aku pasti akan sangat merindukannya.
KRINGGGG!!
Teleponku bordering dengan keransnya.
“moshi moshi,
iya ma?”
“kei kau
dimana?”
“masih di
bandara ma, kenapa?”
Chitose belum
berangkatkan kei? Kejar dia, dia di terima di tohka walau hanya bangku
cadangan. Kejar dia kei!” mendengar hal itu aku langsung mengejar chitose.
“CHITOSE
TUNGGU!” teriakku, ia pun mengentikan langkahnya. Aku langsung memeluknya.
“chitose kau
diterima di tohka! Kau di terima!” air matanya kembali jatuh, tapi kali ini
berbeda, air mata ini bukanlah air mata kessedihan melainkan air mata
kebahagiaan. Aku kembali memluk chitose seakan aku tak ingin ia pergii. Kali
ini kita bisa memakai seragam SMA tohka bersama dan menepati janji kita pada
tante.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar