Kamis, 08 Mei 2014

Friendship in My Mind



Hidup itu memang tak mudah. Satu kalimat yang aku sendiri percaya itu. Sejujurnya aku bingung mulai ini dari mana. aku bukanlah orang yang terbiasa curhat lewat tulisan-tulisan. aku juga bukan orang yang semudah itu membocorkan semua rahasiaku. Walaupun aku sering cerita ke temen-temenku tentang apa yang aku alami, siapa yang aku suka, atau apa pun yang terjadi sama aku, tak semuanya aku ungkapin ke mereka. aku lebih seneng mendem itu sendiri. Aku nganggep mereka itu gak bakalan mengerti apa yang gue rasain. Aku nganggep mereka itu gak bakal paham apa yang terjadi sama aku. Hidupku itu penuh rahasia yang hanya aku sendiri yang tahu. Hidupku itu cukup aku aja yang tau, entah itu aib buatku atau kebanggaan buatku. Cukup aku yang tau. Kalian semua pasti nganggep aku egois kan? Ya, aku akui, aku memang egois. Aku akuin semua itu. aku merasa keegoisanku itu bagian hidupku yang akan terus melekat kayak lem sama perangko. aku sudah berusaha untuk meminimalisir keegoisanku tapi hasilnya NIHIL. Disamping egois, aku juga orangnya tertutup. aku jarang bertemen sama siapa pun. Temenku bisa dihitung jari. Menurutku temen itu gak usah banyak-banyak, cukup yang bisa ngertiin kita dan nerima kita apa adanya, bukan karena kita anak orang kaya atau kita powerful. Cukup ada disaat kita butuh dan yah bermanfaat lah. Maksudku ya temen yang ngarahin kita ke jalan positif bukan sebaliknya. Mungkin yang aku maksud sahabat kali ya. Temen itu ya yang kita ajak hangout bareng, Yang kita ajak seneng-seneng bareng, Yang ketemu kita setiap hari tanpa tau apa yang kita rasain bahkan tanpa peduli apa yang kita rasain. Yah walau mereka tau apa yang terjadi sama kita mereka hanya bakal prihatin tanpa melakukan apa-apa. Temen menurutku adalah orang yang sebatas kenal kita dari luar aja. Temen sama sahabat itu berbeda. Aku nggak tau seberapa besar pengetahuanku tentang sahabat atau teman. Selama hampir lebih dari 16 tahun aku hidup di sunia ini, dan selama lebih dari 12 tahun aku bersosialisasi dengan orang-orang sebaya denganku, orang-orang yang dekat denganku hanyalah orang-orang yang aku kelompokan sendiri dalam batas teman. Aku tak tau mengapa tapi itulah mereka. Waktu aku SMP contonya. Murid kelasku itu ada 40 orang dan mayoritas dari mereka itu terlalu mementingkan diri mereka sendiri. Mereka cenderung untuk bergaul dengan orang-orang yang menurut mereka ‘Gaul’. Mereka cenderung untuk meninggalkan. Mungkin lebih tepatnya memandang sebelah mata orang yang menurut mereka ‘nggak gaul’. Aku sendiri enggak mengerti tentang ’apasih arti kata gaul bagi mereka?’ apakah itu orang yang selalu eksis di sosmed atau mereka yang punya banyak ‘jaringan’’? entah lah. Yang jelas saat itu aku tak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Itu hanya sebatas pengamatanku saja. Tak banyak orang yang dekat denganku saat itu. Hnaya beberapa. Dan diantara mereka pun tak ada yang yang seperti sahabat bagiku. Mungkin hanya satu dua orang yang ‘mendekati’  sebagai sahabat. Aku ingin punya sahabat. aku harap aku bisa punya satu sahabat, entah itu cewe atau cowo. Buatku sahabat itu lebih kayak saudara. aku bisa berbagi dengan dia, aku bisa curahin semua yang aku rasain. aku bisa buka aibku dengan dia, dan yang penting aku nyaman bersamanya. Tapi apa aku bisa? Dengan sifatku yang tertutup dan egois ini, apa aku bisa punya sahabat? Nggak hanya itu. Satu sifat yang lebih parah adalah aku gak gampang percaya sama orang. aku nggak bisa percaya sama orang 100%. Bagiku yang bisa aku percaya hanya diriku sendiri. aku sering paranoid sendiri kalau aku cerita sama orang tentang masalahku. Dipikiranku huma ‘gimana kalo misal ni anak bocor?’ ato “gimana kalo ni anak bakal ngejauh dari aku?’ dan kata-kata lain yang sejenisnya. aku takut untuk percaya sama orang lain. aku takut dikecewain. Karena itulah aku gak tau yang mana dari sekian temenku yang bisa aku anggap sahabat. aku takut untuk kehilangan. aku takut dijauhin oleh orang yang aku anggap sahabat nanti, jika aku cerita semua tentangku. Apa lagi kalo urusan cowo. Jujur, aku takut jatuh cinta pada cowo yang sama dengan sahabatku nanti. Menurutku gak lucu gitu kalau aku cerita tentang cowo yang aku taksir sedangkan cowo itu juga cowo yang dia taksir. Makanya aku Cuma bisa nulis apa yang aku rasain. Apa yang aku alami. Aku gak tau kalian nganggep aku orang yang seperti apa. Tapi inilah aku dengan segala kekuranganku. Inilah aku dengan segala keterbatasanku. Tapi aku percaya Tuhan tau apa yang terbaik buatku. Tuhan pasti sudah memilih sahabat yang terbaik buatku. Sahabat yang bisa meringankan masalah-masalahku. Sahabat yang ada setiap aku butuhin. Aku nggak tau kapan Tuhan bakalan ngasi aku sosok sahabat yang aku butuhin. Tapi aku percaya hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.