Hidup
itu memang tak mudah. Satu kalimat yang aku sendiri percaya itu. Sejujurnya aku
bingung mulai ini dari mana. aku bukanlah orang yang terbiasa curhat lewat
tulisan-tulisan. aku juga bukan orang yang semudah itu membocorkan semua
rahasiaku. Walaupun aku sering cerita ke temen-temenku tentang apa yang aku
alami, siapa yang aku suka, atau apa pun yang terjadi sama aku, tak semuanya aku
ungkapin ke mereka. aku lebih seneng mendem itu sendiri. Aku nganggep mereka
itu gak bakalan mengerti apa yang gue rasain. Aku nganggep mereka itu gak bakal
paham apa yang terjadi sama aku. Hidupku itu penuh rahasia yang hanya aku
sendiri yang tahu. Hidupku itu cukup aku aja yang tau, entah itu aib buatku
atau kebanggaan buatku. Cukup aku yang tau. Kalian semua pasti nganggep aku
egois kan? Ya, aku akui, aku memang egois. Aku akuin semua itu. aku merasa
keegoisanku itu bagian hidupku yang akan terus melekat kayak lem sama perangko.
aku sudah berusaha untuk meminimalisir keegoisanku tapi hasilnya NIHIL.
Disamping egois, aku juga orangnya tertutup. aku jarang bertemen sama siapa
pun. Temenku bisa dihitung jari. Menurutku temen itu gak usah banyak-banyak,
cukup yang bisa ngertiin kita dan nerima kita apa adanya, bukan karena kita
anak orang kaya atau kita powerful. Cukup ada disaat kita butuh dan yah
bermanfaat lah. Maksudku ya temen yang ngarahin kita ke jalan positif bukan
sebaliknya. Mungkin yang aku maksud sahabat kali ya. Temen itu ya yang kita
ajak hangout bareng, Yang kita ajak seneng-seneng bareng, Yang ketemu kita setiap
hari tanpa tau apa yang kita rasain bahkan tanpa peduli apa yang kita rasain.
Yah walau mereka tau apa yang terjadi sama kita mereka hanya bakal prihatin
tanpa melakukan apa-apa. Temen menurutku adalah orang yang sebatas kenal kita
dari luar aja. Temen sama sahabat itu berbeda. Aku nggak tau seberapa besar
pengetahuanku tentang sahabat atau teman. Selama hampir lebih dari 16 tahun aku
hidup di sunia ini, dan selama lebih dari 12 tahun aku bersosialisasi dengan
orang-orang sebaya denganku, orang-orang yang dekat denganku hanyalah
orang-orang yang aku kelompokan sendiri dalam batas teman. Aku tak tau mengapa
tapi itulah mereka. Waktu aku SMP contonya. Murid kelasku itu ada 40 orang dan
mayoritas dari mereka itu terlalu mementingkan diri mereka sendiri. Mereka
cenderung untuk bergaul dengan orang-orang yang menurut mereka ‘Gaul’. Mereka
cenderung untuk meninggalkan. Mungkin lebih tepatnya memandang sebelah mata
orang yang menurut mereka ‘nggak gaul’. Aku sendiri enggak mengerti tentang
’apasih arti kata gaul bagi mereka?’ apakah itu orang yang selalu eksis di
sosmed atau mereka yang punya banyak ‘jaringan’’? entah lah. Yang jelas saat
itu aku tak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Itu hanya sebatas
pengamatanku saja. Tak banyak orang yang dekat denganku saat itu. Hnaya
beberapa. Dan diantara mereka pun tak ada yang yang seperti sahabat bagiku.
Mungkin hanya satu dua orang yang ‘mendekati’
sebagai sahabat. Aku ingin punya
sahabat. aku harap aku bisa punya satu sahabat, entah itu cewe atau cowo.
Buatku sahabat itu lebih kayak saudara. aku bisa berbagi dengan dia, aku bisa
curahin semua yang aku rasain. aku bisa buka aibku dengan dia, dan yang penting
aku nyaman bersamanya. Tapi apa aku bisa? Dengan sifatku yang tertutup dan
egois ini, apa aku bisa punya sahabat? Nggak hanya itu. Satu sifat yang lebih
parah adalah aku gak gampang percaya sama orang. aku nggak bisa percaya sama
orang 100%. Bagiku yang bisa aku percaya hanya diriku sendiri. aku sering
paranoid sendiri kalau aku cerita sama orang tentang masalahku. Dipikiranku huma
‘gimana kalo misal ni anak bocor?’
ato “gimana kalo ni anak bakal ngejauh
dari aku?’ dan kata-kata lain yang sejenisnya. aku takut untuk percaya sama
orang lain. aku takut dikecewain. Karena itulah aku gak tau yang mana dari
sekian temenku yang bisa aku anggap sahabat. aku takut untuk kehilangan. aku
takut dijauhin oleh orang yang aku anggap sahabat nanti, jika aku cerita semua
tentangku. Apa lagi kalo urusan cowo. Jujur, aku takut jatuh cinta pada cowo
yang sama dengan sahabatku nanti. Menurutku gak lucu gitu kalau aku cerita
tentang cowo yang aku taksir sedangkan cowo itu juga cowo yang dia taksir. Makanya
aku Cuma bisa nulis apa yang aku rasain. Apa yang aku alami. Aku gak tau kalian
nganggep aku orang yang seperti apa. Tapi inilah aku dengan segala kekuranganku.
Inilah aku dengan segala keterbatasanku. Tapi aku percaya Tuhan tau apa yang
terbaik buatku. Tuhan pasti sudah memilih sahabat yang terbaik buatku. Sahabat
yang bisa meringankan masalah-masalahku. Sahabat yang ada setiap aku butuhin.
Aku nggak tau kapan Tuhan bakalan ngasi aku sosok sahabat yang aku butuhin.
Tapi aku percaya hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.